Aceh Tamiang - Kondisi tanggul sungai Tamiang di sepanjang DAS wilayah Seruway kian memprihatinkan. Bagian atas tanggul runtuh ke sungai, keropos akibat terus menerus dihantam arus sungai. Keadaan faktual seperti ini, mau tak mau membuat Pemkab Aceh Tamiang turun tangan, melakukan mitigasi risiko banjir yang bisa datang kapan saja.
Kondisi darurat ini pun diakui Pj Bupati Aceh Tamiang, Drs. Asra ketika meninjau proses pembuatan krib di Pekan Seruway, Senin (22/1/24) siang. Kunjungan ini dilakukan bersama Dandim 0117/Atam Letkol Inf. Andi Ariyanto dan Wakapolres Kompol Ichsan.
Pj. Bupati Asra menjelaskan tanggul yang dibangun 2016 itu sudah berulang-ulang dihantam banjir, sehingga terjadi kerusakan yang sangat parah. Pemkab Aceh Tamiang kata dia berinisiatif melakukan pencegahan dini untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Diakuinya kalau krib hanya bersifat sementara karena hanya untuk memperkecil gelombang sungai ke tanggul. Asra kembali mengingatkan agar Pemerintah Aceh melakukan penanganan serius karena ancaman banjir di daerah ini telah menghancukan pondasi perekonomian masyarakat.
Sementara itu, Kepa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang, Iman Suhery menjelaskan, pihaknya memanfaatkan batang kelapa sawit untuk mengurangi ancaman banjir. Ditargetkan 17 tikungan sungai sudah dilengkapi krib pada tahun ini.
Proses pengerjaan krib ini mulai dilakukan BPBD di Pekan Seruway, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang sejak Selasa (16/01/2024) lalu. Di lokasi ini ada tiga titik sungai yang dipasangi krib dengan estimasi pengerjaan selama 18 hari.
“Satu krib membutuhkan waktu enam hari, kita sudah selesai pada krib pertama, ini langsung dilanjutkan pada krib kedua,” kata Iman Suhery yang kerap disapa Bayu itu.
Bayu kemudian menjelaskan, pembuatan krib ini menggunakan batang kelapa sawit yang diambil dari enklaf PT. Mopoli Raya. Dari lahan seluas tiga hektare itu, mereka bisa membawa lebih 300 batang kelapa sawit.
“Satu titik krib kurang lebih butuh 100 batang kelapa sawit, jadi jumlah batang kelapa sawitnya cukup,” kata dia.
Dia menjelaskan penggunaan batang kelapa sawit ini merupakan kebijakan agar persoalan banjir di Aceh Tamiang bisa diminimalisir. Diketahui penanganan daerah aliran sungai merupakan wewenang Pemerintah Aceh.
(SA)